Jakarta – Pemerintah akan membangun pabrik Amoniak-Urea dan Methanol di Papua Barat.
Saat ini, sejumlah persiapan tengah digodok Kementerian BUMN dan Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Menteri BUMN Erick Thohir, memastikan keberadaan pabrik Amoniak-Urea dan Methanol di Papua memberikan efek domino di di kawasan Indonesia Timur. Baik menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak hingga pemerataan ekonomi di Barat dan Timur.
“Ini juga menghasilkan efek domino, seperti pembukaan lapangan pekerjaan serta pemerataan ekonomi, khususnya wilayah Indonesia Timur,” ungkap Erick melalui akun Instagramnya, Jumat (8/4/2022).
Tak hanya itu, kedua pabrik itupun digadang-gadang mampu menekan impor metanol dan memperkuat ketahanan pangan nasional.
Atas dasar ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar Kementerian BUMN dan Kementerian Investasi segera merealisasikan pembangunan pabrik tersebut.
“Sejalan dengan arahan Bapak Presiden, pembangunan tersebut dapat membantu pemerintah mengurangi impor metanol dan memperkuat ketahanan pangan nasional,” tuturnya.
Awal pembangunan pabrik pupuk dan metanol di Papua ditandai dengan penandatanganan kerja sama antara PT Pupuk Indonesia (Persero) dan Genting Oil Kasuri Pte Ltd (GOKPL).
Kesepakatan ini juga untuk jual beli gas bumi dari Blok Kasuri untuk pabrik Amoniak-Urea dan metanol di Papua Barat. Adapun volume pasokan gas tersebut berkisar 112,6 MMSCFD untuk pabrik amoniak-urea, dan 109,3 MMSCFD untuk pabrik methanol.
Dalam kerja sama ini, Pupuk Indonesia bisa mendapatkan jaminan pasokan gas bumi guna memenuhi kebutuhan proyek pabrik Amoniak-Urea dan Methanol di Papua Barat, disamping juga untuk kebutuhan pabrik pupuk Pusri 3B serta memenuhi pasokan gas untuk pabrik eksisting.
Pendirian pabrik Amoniak-Urea dan Methanol nantinya akan memiliki kapasitas produksi pupuk Urea sebesar 1,15 juta ton dan Methanol sebesar 1 juta ton.
Proyek ini nantinya akan dijalankan oleh anak perusahaan Pupuk Indonesia yakni, PT Pupuk Kaltim.
Sumber : okezone.com