Papua, manokwaripos.com – Dewan Pimpinan Wilayah Pemuda Lumbung Informasi Rakyat (DPW Pemuda Lira) Provinsi Papua menggelar diskusi panel bersama pemuda lintas agama di Tanah Papua.
Kegiatan yang diselenggrakan di Waena, Kota Jayapura 20 Mei 2022 menggambil tema “Starategi Percepatan Pembangunan Papua dari Perspektif Pemuda Lintas Agama di Tanah Papua”.
Hadir dalam kegiatan tersebut para tokoh lintas agama Provinsi Papua, aktivis dan perwakilan organisasi kepemudaan di Kota Jayapura. Pendeta Hiskia Rollo selaku Ketua Umum Persekutuan Gereja Gereja di Tanah Papua (PGGP) yang juga menjadi salah satu pemateri dalam acara tersebut memberi wejangkan kepada generasi muda Papua untuk andil dalam pembangunan Papua.
Dirinya juga menyebut generasi pemuda saat ini harus dipersiapkan sebaik mungkin untuk menjadi pemimpin yang baik bagi masa depan Papua. “Mari kita terlibat secara aktif dalam proses pembangunan bangsa dan negara dan khususnya pembangunan di Tanah Papua. Perbedaan pendapat itu adalah wajar di antara kita, namun jangan sampai perbedaan itu menjadikan kita tidak mendapati damai dan sejahtera itu,” kata Pdt. Heskia Rollo.
Menurutnya, perbedaan pandangan hendaknya disikapi dengan baik, dan selaku umat Tuhan, harus mendengar dan menjadikan firman-firman Tuhan sebagai pedoman hidup, termasuk ajaran kasih yang disampaikan.
Dirinya sebagai pemimpin agama khusunya PGGP mengimbau agar umat Tuhan di Papua berpedoman pada apa yang sampaikan Tuhan pada Mathius 11 ayat 28–30. “Tuhan mengajarkan kita untuk menyikapi perbedaan dengan kasih dan kemanusiaan, bukan kekerasan. Tuhan berkehendak untuk pembangunan Papua berlangsung didalam kasih sayang Tuhan. Kiranya kita tidak saling mempersalahkan, namun menyatukan hati untuk membangun Papua dalam kasih dan damai,” ucapnya.
Sementara Ketua DPW LIRA Provinsi Papua, Steve RA Mara menyampaikan bahwa kegiatan yang diselenggarakan tersebut penting dilaksanakan untuk memberikan pemahaman peran pemuda Papua pada pembangunan bangsa dan negara Indonesia khususnya Tanah Papua. “Kami sangat berharap kegiatan ini bisa bersimultan dilaksanakan, sehingga ada pencerahan bagi kaum muda kita agar berpartisipasi aktif untuk membangun Papua dan bangsa menuju Indonesia emas pada 2045,” tuturnya.
Dirinya berharap generasi muda Papua untuk tidak terlena dengan situasi yang terjadi saat ini, sehingga membuat rull pemikiran hanya pada kegiatan demonstrasi dan hal-hal yang bersifat negatif, namun lebih berfikir strategis untuk menyiapkan dan menerima segala perubahan dan perbedaan yang ada. “Karena perubahan itu akan terus datang. Semisal hari ini pusat memberikan kita Daerah Otonomi Baru. Ini harus kita syukuri sebetulnya, karena dengan itu akan memperpendek rentan kendali. Kita yang tinggalnya jauh, tidak perlu lagi harus ke Jayapura untuk ketemu Gubernur misalkan, namun kita bisa bertemu langsung dengan pemimpin daerah masing-masing di daerahnya, begitu juga para Bupati yang bisa langsung berkoordinasi dengan Gubernurnya. Artinya ini bisa lebih mudah,” bebernya.
Dijelaskan, jika realita yang saat ini terjadi, kondisi masyarakat di pesiri dan pegunungan masih jauh dari kesejahteraan, dan hal ini yang menjadi pergumulan pemerintah dan semua pihak untuk bisa memperbaiki keadaan. “Kita lihat hari ini sangat nyata, mayarakat di pesisir pantai dan pegunungan, pembangunan masih kurang nampak, seolah negara tidak hadir diwilayah-wilayah itu, padahal ini karena tingkat kendali yang jauh. Mari kita lebih terbuka terhadap perubahan yang ada. Siapkan diri untuk itu,” ujarnya.
Dijelaskan, jika realita yang saat ini terjadi, kondisi masyarakat di pesiri dan pegunungan masih jauh dari kesejahteraan, dan hal ini yang menjadi pergumulan pemerintah dan semua pihak untuk bisa memperbaiki keadaan. “Kita lihat hari ini sangat nyata, mayarakat di pesisir pantai dan pegunungan, pembangunan masih kurang nampak, seolah negara tidak hadir diwilayah-wilayah itu, padahal ini karena tingkat kendali yang jauh. Mari kita lebih terbuka terhadap perubahan yang ada. Siapkan diri untuk itu,” ujarnya.
Dikatan, ketakutan akan dampak negatif yang akan terjadi jika terjadi pemekaran adalah hal yang wajar, namun hal tersebut bisa diatasi oleh peran pemerintah untuk memproteksi OAP itu sendiri. “Menurut saya dampak positifnya akan lebih banyak, misalkan banyak sarjana kita yang nganggur, ini nanti bisa bekerja menjadi ASN misalkan dan ini ribuan, lalu akan ada kepala daerah Gubernur dan wakilnya, Bupati dan Wakilnya yang adalah orang asli daerah tersebut, sehingga saya yakin akan berdampak baik. Lalu pembangunan pasti akan lebih cepat dibanding tidak dimekarkan. Kalau dampak negatif ya tergantung pemerintahnya, bisa memproteksi atau tidak. Kalau bisa memproteksi saya fikir OAP tidak akan dirugikan,” jelasnya.
“Kita harus mempersiapkan diri kita secara akademis. Sehingga nantnya seperti rencana pemerintah yang akan membuka PNS OAP untuk mengisi Provinsi Baru itu kita bisa masuk didalam. Sehingga saran saya juga, kepada pemerintah agar mengakomodir pemuda Papua yang sudah sarjana untuk bisa masuk menjadi PNS di daerah tersebut. Kalau bisa tanpa tes. Lalu juga yang berwirausaha, harua siapkan diri memang untuk bisa berkompetisi,” sambungnya.
Sumber: mcwnews.com