Papua, manokwaripos.com – Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menjawab tudingan opini yang menyatakan bahwa banyaknya pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) oleh aparat di Papua. Menurut Mahfud, opini yang menyampaikan hal tersebut adalah hoaks.
Menurut Mahfud, Kelompok Separatis Teroris Papua (KSTP) yang membantai warga sipil di Papua. “Terkait Papua, memang ada bias opini yang sering dikembangkan oleh kelompok-kelompok tertentu. Misalnya, opini bahwa di Papua terjadi pelanggaran HAM oleh aparat sampai-sampai disoroti oleh dunia internasional. Itu adalah hoaks, karena faktanya KSTP yang membunuh warga masyarakat atau warga sipil dengan keji,” tulis Mahfud dalam unggahan narasinya di akun Instagram pribadinya @mohmahfudmd, Kamis (21/7/2022).
Mahfud juga mengungkapkan saat ini pemerintah tetap memberlakukan pendekatan keamanan dalam tertib sipil guna menanggapi kasus pembantaian warga sipil oleh KSTP Papua.
“Ada yang bertanya kepada saya, apakah peristiwa pembantaian 12 orang sipil (10 meninggal dunia) oleh KSTP di Papua tidak mendorong Pemerintah melakukan tindakan khusus? Saya jawab, sampai sekarang kita tetap menggunakan pendekatan keamanan dalam tertib sipil,” ujar Mahfud.
Dia juga menjelaskan, penolakan terhadap kebijakan pemekaran Papua menjadi Daerah Otonom Baru (DOB) hal yang wajar. Baginya, sistem demokrasi menjunjung perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah.
“Kalau soal ada yang menolak pemekaran wilayah atau DOB, ya biasa saja. Kan lebih banyak yg mendukung, baik rakyat maupun tokoh-tokohnya. Dukungan sangat masif dan meriah. Kalau OPM, ya memang sejak awal menolak pemekaran. Kalau menunggu semua orang setuju atas satu rencana kebijakan, takkan pernah ada kebijakan. Di dalam negara demokrasi, biasa ada yang setuju dan tak setuju,” terang Mahfud.
Sebelumnya, Kelompok Separatis Teroris Papua (KSTP) yang membantai 11 warga sipil termasuk pendeta Eliaser Baner di Nogolaid, Nduga, Papua hingga kini belum tertangkap. Mereka merupakan kelompok militan muda KSTP pimpinan Egianus Kogoya.
Sumber: inews.id