Papua, manokwaripos.com – Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa memberikan tanggapan terhadap penanganan KSTP. KSTP masih menuai sorotan usai melakukan pembantaian terhadap 12 warga sipil di Nduga, Papua.
Terbaru, seorang pendulang emas tewas dengan kondisi kepala dipenggal pada Selasa (19/7) .
Andika mengatakan, sejak kejadian di Distrik Kenyam, Nduga, dirinya langsung memerintahkan kepada seluruh jajaran TNI untuk bergerak. Terutama dari intelijen.
“Nah sejak awal kejadian saya mendapat laporan itu, sudah sebetulnya saya menugaskan untuk seluruh jajaran TNI yang ada di Kenyam dan Nduga itu untuk segera mengumpulkan intelijen,” kata Andika, Jumat (22/7).
“Dan kita di lapangan sudah bekerja sama dengan Polri, mereka juga punya satgas namanya Damai Cartenz, dan kita menggunakan semua cara untuk mengumpulkan intelijen itu, baik yang sifatnya teknologi maupun yang sifatnya non-teknologi,” beber dia.
Eks KSAD itu menjelaskan, sejauh ini TNI hanya bisa mengumpulkan tentang kelompok yang bertanggung jawab terhadap penyerangan. Menurutnya, kelompok di Kenyam adalah kelompoknya AT.
“Kalau yang di Pegunungan Bintang yang terakhir, kemarin hari Selasa, itu kelompoknya MK. Tapi kita akan terus (mencari),” jelas dia.
Andika menekankan, penanganan KSTP tidak bisa dilakukan sembarangan. Termasuk soal untuk melakukan serangan balik karena banyak hal yang harus dipertimbangkan secara matang.
“Jadi sebetulnya bukan saja soal serbu, bukan serbu. Tapi kita harus precise, akurat, itu yang lebih penting. Kita harus tau dulu pelaku pelaku kemudian setelan tahu, bagaimana apabila memang dalam jangkauan dan pengawasan kita, keberadaannya maksudnya, maka prosedur prosedur itu akan kita ikuti,” kata Andika.
“Jadi terus terang bukan hanya kita mau atau tidak kemudian menyerbu, tetapi yang lebih penting kita gak boleh salah, gak boleh salah tangkap, gak boleh salah, apalagi salah dalam melumpuhkan. Kita harus akurat. Akuntabel,” tutup dia.
Sumber: kumparan.com