manokwaripos.com – Salah satu kata bijak dalam medan pertempuran pernah diucapkan oleh seorang filsuf sekaligus ahli strategi militer dari China bernama Sun Tzu. Dalam salah satu tulisannya di buku The Art of War disebutkan bahwa Pertahanan terbaik adalah menyerang. Buku yang berisi tentang strategi militer yang kemudian banyak memberikan perubahan dalam dunia militer China tersebut bahkan kemudian banyak diadaptasi oleh negara-negara lainnya.
Lain Sun Tzu, lain pula yang terjadi pada Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua atau juga disebut Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Entah siapa yang menjadi role model atau inspirasi dalam berstrategi. Sebuah pernyataan muncul dari seseorang yang menyebut dirinya sebagai Pangkodap III Darakma Ndugama, Egianus Kogoya. Dengan segala kondisi keterbatasan dan sempitnya ruang gerak akibat patroli dan pencarian aparat pasca sederet tindakan kejamnya dilakukan, ia justru mengeluarkan pernyataan ancaman.
Dalam format video yang diunggah di media sosial, dirinya menyatakan mengancam Presiden Jokowi dan Panglima TNI tidak akan mundur dan tidak takut berapapun Prajurit TNI yang dikirim ke Papua. Ia juga memohon pengertian 33 Kodal Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB-OPM) yang tersebar dari Merauke sampai Samarai untuk tetap kompak menumpas TNI Polri.
Sebuah strategi baru, dimana menurutnya pertahanan terbaik justru adalah dengan mengancam. Mirisnya, hal tersebut sudah sering mereka lakukan dan tak banyak berdampak terhadap kejadian selanjutnya. Pemerintah hingga masyarakat kemudian menjadi lebih hafal dan paham bahwa mereka sedang terdesak dan berusaha untuk menggertak. Terlebih adanya kebijakan DOB membuatnya semakin tak leluasa dalam bergerilya.
Sepak Terjang Egianus Kogoya
Nama Egianus Kogoya kembali menjadi perbincangan publik pasca pernyataan dirinya bertanggung jawab terhadap penyerangan di Kabupaten Nduga yang menewaskan 10 masyarakat sipil. Dari sejumlah pemberitaan media, Egianus Kogoya memang kerap melakukan aksi penyerangan. Ia merupakan putra dari seorang tokoh Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang telah meninggal yakni, Silas Kogoya. Sebagai seorang pemimpin kelompok bersenjata, ia tergolong masih muda kelahiran tahun 1999.
Dalam aksinya, Egianus Kogoya diperkirakan memiliki anggota sekitar 50 orang. Mereka tercatat terlibat sejumlah aksi penyerangan, mulai dari penembakan pesawat Twin Otter PHK-HVU pada 2018, penyanderaan guru dan tenaga medis di Distrik Mapenduma, hingga penyekapan dan pembunuhan pekerja PT Istaka Karya di Bukit Puncak Kabo pada Desember 2018. Baru-baru ini, juga dilaporkan bahwa mereka terlibat aksi perampasan dua pucuk senjata api dari anggota Brimob di Papua. Egianus Kogoya juga disebut-sebut terlibat dalam aksi penyelundupan 615 butir amunisi berikut sepucuk senjata api jenis FN yang untungnya bisa diungkap polisi. Aksi penyelundupan amunisi dan senjata api ke kelompok Egianus Kogoya terungkap saat polisi melakukan razia di Kabupaten Yalimo pada Rabu 29 Juni 2022 lalu. Pembawa amunisi dan senjata api diketahui sebagai PNS dan sudah ditangkap.
Jejak Kebohongan Egianus Kogoya
Sebuah cerita datang dari mantan anggota Egianus Kogoya yang saat ini telah menyerahkan diri dan menyatakan kembali kepada NKRI. Adalah Tenius Tebuni yang secara tegas membongkar kebohongan para dedengkot kelompok separatis tersebut. Selama bergabung dengan Egianus, ia sering kelaparan di hutan. Untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut para anggota kelompok separatis harus memeras masyarakat yang merupakan warga kampungnya sendiri, bahkan tak segan-segan membunuhnya. Saat itu, alasan dirinya bergabung dengan Egianus Kogoya karena dijanjikan kehidupan serba mudah dimana segala kebutuhan akan dipenuhi termasuk diberikan banyak uang. Namun seiring berjalannya waktu, ia sadar telah ditipu. Dalam cerita tersebut, dijelaskan juga bahwa kelompok separatis Papua tidak solid selalu terpecah-pecah dan bergerak sendiri-sendiri. Alasan hampir serupa juga diungkapan sejumlah mantan anggota kelompok separatis Papua Purom Wenda. Mereka mengaku diberikan janji-janji manis yang ternyata hanya kebohongan belaka.
Menanti Tindakan Tegas Aparat Terhadap Egianus Kogoya
Meskipun munculnya ancaman tersebut adalan bentuk lain dari ketersudutan, namun pemerintah melalui aparat keamanan harus tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap pergerakan kelompok separatis Papua yang menerapkan sistem gerilya dan hit and run dalam aksi penyerangan.
Menko Polhukam Mahfud MD dan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menegaskan bahwa pemerintah tidak akan membabi buta membalas kekejian kelompok separatis Papua. Tidak ada operasi militer, kecuali dalam keadaan menjamin keamanan masyarakat Papua. Identitas para teroris yang beraksi di Nduga, sudah dikantongi aparat penegak hukum. Pemerintah akan memburu dan menindak mereka. Untuk masyarakat Papua juga diberikan keistimewaan yakni adanya kebijakan afirmasi dimana Orang Asli Papua (OAP) menjabat sebagai kepala daerah. Selain itu juga birokrasi nasional untuk memberi tempat kepada OAP.
Adanya Kelompok Separatis papua menjadi sebuah isu karena bermotif politik dan keamanan dengan tujuan disintegrasi. Mereka menggunakan kedok perjuangan masyarakat Papua dengan tujuan mendapatkan keuntungan material kelompoknya. Para anggota kelompok separatis takut dengan capaian pembangunan Papua yang nantinya bakal menghilangkan pengaruhnya kepada mereka. Sungguh ironis, bahwa di saat Pemerintah sedang bekerja keras mempercepat kesejahteraan di Papua, para kelompok separatis tersebut justru melakukan tindakan perilaku kejam terhadap warga yang tidak berdosa dan bahkan tindakan destruktif.
Evaluasi Pendekatan Keamanan di Papua
Jamak diakui banyak pihak, bahwa hingga saat ini situasi Papua tidak bisa dikatakan kondusif secara menyeluruh. Beberapa wilayah masih terdapat letupan dari kelompok separatis yang bergerak menunjukkan eksistensi secara bergerilya dan bertindak kejam. Kejadian penyerangan di Nduga perlu diwaspadai. Sebagai salah satu langkah strategis, sudah saatnya pemerintah melakukan evaluasi terkait tingkat keamanan di wilayah Papua. Karena pada dasarnya permasalahan eksistensi kelompok separatis dan teroris di Papua terkait isu politik dan ideologi. Adanya pendekatan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat Papua diindikasi tidak membawa pengaruh bagi pergerakan kelompok separatis Papua. Upaya-upaya pemerintah untuk memajukan Papua selalu mendapatkan resistensi dari pihak tersebut, mulai dari revisi Undang-Undang (UU) Otonomi Khusus (Otsus) hingga UU pemekaran tiga wilayah baru di Papua.
Padahal, niat baik pemerintah melalui kebijakan pemekaran DOB adalah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara lebih dekat dan menjangkau kampung/ distrik yang selama ini sulit dijangkau. Kebijakan DOB juga nantinya memberikan peluang lapangan pekerjaan yang cukup banyak untuk menjawab keluhan masyarakat terkait permasalahan pengangguran di Papua. Adanya ancaman dari Egianus Kogoya sudah dipastikan merupakan sebuah kepentingan pribadi yang justru jauh dari harapan dan kebutuhan masyarakat Papua. Terlebih ancaman tersebut ditujukan kepada Presiden. Cepat atau lambat, aparat akan menumpas keberadaan sang pemimpin muda tersebut.
__
Agus Kosek
(Pemerhati Masalah Papua)