manokwaripos.com – Munculnya Organisasi Papua Merdeka (OPM) tak bisa terlepas dari sejarah tanah Papua dan hubungannya dengan negara Belanda yang sempat menduduki wilayah tersebut. Salah satu tokoh senior sekaligus pendiri OPM, yakni Nicholas Messet dalam beberapa waktu terakhir kembali ramai diperbincangkan publik terkait kisah hidup dan keputusanya untuk kembali ke NKRI.
Diketahui bahwa pada tahun 2007 lalu, ia memutuskan kembali ke NKRI setelah lebih dari 40 tahun malang melintang mencari arti dari kata kemerdekaan bagi Papua hingga berada di Amerika Serikat. Dalam perjalannnya, ia kemudian tersadar bahwa upaya kemerdekaan Papua adalah cita-cita bangsa Belanda untuk memecah belah negara Indonesia.
Pembentukan Negara Papua adalah Tipu Daya Belanda
Dalam kisah perjalanannya mencari arti kemerdekaan, Nicholas bercerita bahwa dirinya bertemu dengan salah satu sosok pemimpin Papua yang juga terpilih menjadi Wakil Presiden dari Dewan Nugini yang mengatur koloni Belanda, Nugini Belanda yakni Nicolaas Jouwe. Dalam pertemuan tersebut dirinya merasa tersentak ketika mendengarkan cerita langsung Jouwe saat bertemu dengan mantan Presiden Amerika Serikat, John F Kennedy. Secara gamblang dijelaskan bahwa ternyata sudah sejak 24 Agustus 1828, Papua telah menjadi bagian dari Hindia-Belanda yang mana otomatis merupakan bagian dari Indonesia. Presiden Amerika ke-35 tersebut memperingatkan Jouwe bahwa ternyata selama ini keberadaan OPM telah dicurangi oleh Belanda.
Sontak setelah mengetahui kebenaran tersebut, Nicholas Messet yang merupakan salah satu pendiri OPM merasa menemukan titik balik. Dirinya mengaku sadar dan pada tahun 2007 memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Sebelumnya, Nicholas pernah menyatakan diri sebagai salah satu orang yang mengibarkan bendera bintang kejora Papua pada tanggal 1 Desember 1961. Meski demikian, setelah menyadari bahwa kolonial Belanda telah melakukan politik pecah belah dengan memutarbalikkan fakta yang ada, dirinya secara tegas menyatakan bahwa Papua merupakan bagian dari Indonesia dengan tanggal kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Baginya, keberadaan bendera bintang kejora Papua adalah sebuah kenangan lama, kenangan saat dirinya tertipu oleh Belanda agar lepas dari negara Indonesia. Maka secara tegas, juga mengingatkan kepada para anggota kelompok separatis Papua atau Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) agar tersadar dan terbangun dari angan-angan yang diciptakan oleh koloni Belanda seperti dirinya dahulu. Papua merupakan bagian dari NKRI, segala macam bentuk disintegrasi sudah sepatutnya dicegah demi percepatan kemajuan bumi cenderawasih.
Propaganda Sesat dan Pengkaburan Sejarah Papua
Sejumlah aksi teror yang hingga saat ini masih dilakukan oleh Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua atau juga disebut KKB merupakan korban propaganda sesat pikir yang menyeruak sekian lama ditambah dengan minimnya pengetahuan sejarah berkaitan dengan tanah Papua. Hal tersebut juga diperparah dengan pengaruh orang-orang luar yang memiliki misi panjang untuk mengeruk keuntungan dari Papua dan orang-orang didalamnya.
Para anggota kelompok separatis ini masih beranggapan bahwa Papua merupakan sebuah entitas yang berdiri sendiri, tidak terdapat hubungan dengan NKRI, atau malah mirisnya merasa dicaplok oleh NKRI. Padahal sesungguhnya antara NKRI dan Papua memiliki kesamaan sejarah, yakni wilayah Hindia-Belanda, bekas jajahan Belanda di masa lalu.
Masyarakat Papua Jangan Terpancing Isu Kemerdekaan Semu
Menjawab sejumlah argumen kelompok separatis yang hingga kini masih berupaya untuk keluar dari Indonesia dan menganggap hal tersebut sebagai sebuah kemerdekaan. Nicholas Messet secara tegas mengatakan bahwa anak muda masa kini tidak perlu bermimpi Papua akan merdeka seperti yang dilakukannya selama 40 tahun lalu dan berakhir dengan sia-sia. Menurutnya disebut merdeka adalah jika sudah mendapat pekerjaan, baru bisa berpikir bahwa dunia ini besar. Namun jika hanya bermain judi atau togel tanpa bisa membantu orang lain, maka merdeka hanyalah slogan belaka.
Terkait itu, dirinya juga teringat dengan nasihat yang diberikan mantan Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta bahwa negara Indonesia besar sekali, kita harus bangga karena berada dalam negara besar, sementara kalau melepaskan diri kemudian berada di luar, tidak ada pihak yang mau mendengar. Banyak contoh negara kecil yang tidak banyak pihak yang mau mendengar. Hal terpenting yang harus dilakukan oleh pemuda Papua saat ini adalah belajar, belajar, dan belajar. Karena dengan begitu maka hal baik akan didapat, bukan saja di Indonesia namun di seluruh dunia.
Sebuah Pesan Bahwa Isu Kemerdekaan Adalah Kepentingan Pihak Asing
Sebuah pesan juga terucap dari seorang mantan anggota OPM yang pernah mendekam di tahanan selama 15 tahun karena turut mengibarkan bendera bintang Kejora di Jayapura, Dr. Filep Karma.
Dalam pernyataannya, ia meminta masyarakat Papua agar tidak terpancing oleh isu politik kemerdekaan yang digemborkan oleh TPNPB-OPM karena hanya akan membawa malapetaka bagi diri sendiri, keluarga, dan tatanan kehidupan masyarakat di Papua secara umum.
Isu tentang kemerdekaan Papua sengaja dihembuskan oleh oknum atau kelompok tertentu yang ingin “mengail di air keruh” agar dapat meraup keuntungan politik, finansial, dan material dari isu tersebut. Diskusi politik seputar kemerdekaan Papua telah berlangsung lama sejak tahun 1960-an namun sejauh pengamatan dan refleksi yang mendalam, kemerdekaan Papua sangat sulit tercapai atau dapat dikatakan “mimpi yang tidak kunjung datang” karena orang Papua sendiri tidak memiliki kesamaan pandang tentang kemerdekaan itu sendiri. Ada yang berpendapat, merdeka berarti lepas dari NKRI sedangkan yang lainnya berpikir bahwa merdeka berarti membangun dalam alam Otonomi Khusus Papua bersama saudara-saudara dari wilayah lain di Indonesia di dalam rangkulan ibu pertiwi Indonesia.
Pemerintah Indonesia telah memahami persoalan Papua sehingga secara sungguh-sungguh berupaya menata pembangunan Papua melalui UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus untuk Papua, serta kebijakan pemekaran provinsi.
Menyadari akan semuanya ini, dirinya meminta semua lapisan masyarakat Papua agar tidak terpancing isu-isu politik yang menyesatkan diri sendiri dan jauh lebih baik mengambil posisi yang tepat yaitu membanting tulang, menyingsingkan lengan baju untuk membangun tanah Papua yang sejahtera dan damai bagi semua suku, agama, ras dan golongan.
__
Agus Kosek
(Pemerhati Masalah Papua)